Jadwal Sholat
Kalender Hijriyah
Asma'ul Husna
Profil
- Syaiful Rohman
- Hanyalah seorang Makhluk Allah SWT yang banyak berlumuran dosa, serta memohon akan ampunannya. Semoga semua dosa-dosa yang telah kulakukan semuanya dapat di ampuninya serta digantikan dengan kebajikan-kebajikan.Serta saat ini sedang mendambakan seorang kekasih yang dapat dijadikan sebagai pendamping hidup untuk melaksanakan sunnah Rosul Muhammad SAW...
Kategori
- Aqidah
- Arba'in Nawawi
- Bulan Mulia
- Dongeng
- Fiqih
- Gita Bahana Nada
- Hadits
- Harun Yahya
- Imam Madzhab
- Islami
- Kerajaan Islam Indonesia
- Kisah
- Kisah Abu Nawas
- Kisah Para Nabi
- Kisah Teladan
- Kisah Tokoh Islam
- Kisah Wali Songo
- Motivasi
- Mu'jizat
- Novel
- Oase
- Puasa
- Renungan
- Sejarah
- Sirah Muhammad
- Tafsir
- Tokoh Indonesia
- Umum
Radio Muslim
TV Qur'an
Uqbah bin Amir Al-Juhani(1): Tinggalkan Harta, Dampingi Rasulullah
16.13 |
Diposting oleh
Syaiful Rohman
Akhirnya Rasulullah Saw. tiba di pinggir kota Madinah setelah menempuh perjalanan melelahkan bersama Abu Bakar. Hijrah meninggalkan kota kelahirannya, Mekkah. Penduduk Madinah berdesak-desakan di jalan-jalan dan di loteng-loteng rumah menyambut kedatangan Rasul yang dicintai. Mereka mengucapkan takbir dan tahlil sebagai ungkapan gembira bertemu Rasulullah dan sahabatnya, Abu Bakar Shiddiq. Gadis-gadis remaja keluar rumah membawa rebana dengan wajah penuh ceria. Mereka melantunkan nasyid syahdu:
"Thaala'al badru 'alaina
min tsaniiyatil wadaa'
wajabaa syukru 'alaina
mada'aa lillahi daa'"
Arak-arakan mengiringi Rasulullah yang berjalan perlahan-lahan di antara barisan orang banyak. Ucapan takbir dan talil memenuhi langit Madinah. Kerinduan yang selama ini mereka pendam, pecah dengan cucuran air mata bahagia.
Suasan gembira itu merebak ke segenap pelosok kota Madinah dan sekitarnya, menembus lembah dan bukit. Tak terkecuali pada Uqbah bin Amir Al-Juhani yang saat itu tengah sibuk menggembalakan domba-dombanya di gurun pasir dekat kaki bukit. Ia khawatir domba-dombanya itu mati kehausan dan kelaparan.
Namun, setelah ia tahu Rasulullah tiba di Madinah, Uqbah meninggalkan domba-dombanya, dan segera menemui Rasulullah. Saat berhadapan dengan Rasulullah Saw., Uqbah berkata, "Berkenankah Tuan membai'at saya, ya Rasulullah?"
"Siapakah anda?" tanya Rasulullah.
Uqbah menjawab, "Saya Uqbah bin Amir Al-Juhani".
"Bai'at seperti apa yang anda kehendaki. Bai'at 'arabi atau bai'at hijrah?" tanya Rasulullah.
"Saya ingin bai'at hijrah," jawab Uqbah.
Rasululullah membai'at Uqbah seperti bai'at kaum Muhajirin. Setelah itu, ia bermalam di tempat beliau. Esok harinya, Uqbah kembali menggembalakan domba-dombanya.
Uqbah mengajak teman-temannya sesama penggembala untuk bai'ah kepada Rasulullah. Mereka jumlahnya dua belas orang. Mereka tinggal jauh dari keramaian kota Madinah, menggembalakan domba-dombanya di gurun-gurun dan lembah-lembah. Salah seorang dari mereka berkata, "Tidak baik, bila kita tidak mendatangi Rasulullah untuk belajar agama dan mendengarkan wahyu Allah darinya. Setiap hari seorang di antara kita harus pergi ke kota menemui beliau, dan yang tinggal harus bertanggung jawab menggembalakan domba-dombanya."
"Baiklah," jawab Uqbah. "Pergilah kalian satu per satu menemui Rasulullah. Siapa yang mendapat giliran pergi, biarlah aku yang menggembalakan dombanya. Biarlah aku tetap tinggal di sini. Aku bisa menimba ilmu dari kalian. Aku khawatir meninggalkan domba-dombaku kepada siapa pun."
Teman-teman Uqbah pergi satu per satu secara bergantian menemui Rasulullah. Domba yang ditinggalkannya dipecayakan kepada Uqbah untuk digembalakan. Setiap kali mereka pulang, Uqbah selalu menanyakan tentang pelajaran yang baru diterimanya dari Rasulullah.
Lama kelamaan, Uqbah merasa rugi tidak bisa bertemu langsung dengan Rasulullah. 'Aku tak peduli domba-domba ini makan atau tidak. Aku ingin bertemu dengan Rasulullah,' pikirnya dalam hati. Lalu ia tinggalkan domba-domba itu dan berangkat ke Madinah menemui Rasulullah. Di Madinah, Uqbah tinggal di masjid di samping tempat tinggal Rasulullah.
Sejak itu, Uqbah bin Amir Al-Juhani selalu berdampingan dengan Rasulullah Saw. bagaikan bayang-bayang dengan orangnya. Ialah pemegang tali kendali keledai Rasulullah dan menuntunnya kemana pun beliau pergi. Ia selalu berjalan di depan setiap Rasulullah bepergian. Tapi, kadang-kadang Rasulullah memboncenginya di belakang, sehingga Uqbah dijuluki "Radif Rasulullah" (boncengan Rasulullah). Bahkan, pernah Rasulullah Saw. turun dari keledainya dan menyilakan Uqbah mengendarai keledainya.
Suatu ketika, Rasulullah Saw. turun dari keledainya, dan aku disuruh naik menggantikannya. Tak lama kemudian aku turun, dan Rasulullah naik. Beliau bertanya kepadaku, "Hai Uqbah, sukakah engkau aku ajarkan dua buah surat yang tak ada bandingannya?"
"Tentu, ya Rasulullah!" jawabku. Lalu beliau membacakan kepadaku surat "Al-Falaq" dan "An-Naas."
Setelah waktu shalat tiba, beliau membaca kedua surat itu dalam shalat. Beliau berkata kepada Uqbah, "Bacalah kedua surat itu setiap engkau hendak tidur, dan ketika bangun dari tidur." Sejak itu Uqbah selalu membaca kedua surat itu sepanjang hidupnya. (Bersambung
"Thaala'al badru 'alaina
min tsaniiyatil wadaa'
wajabaa syukru 'alaina
mada'aa lillahi daa'"
Arak-arakan mengiringi Rasulullah yang berjalan perlahan-lahan di antara barisan orang banyak. Ucapan takbir dan talil memenuhi langit Madinah. Kerinduan yang selama ini mereka pendam, pecah dengan cucuran air mata bahagia.
Suasan gembira itu merebak ke segenap pelosok kota Madinah dan sekitarnya, menembus lembah dan bukit. Tak terkecuali pada Uqbah bin Amir Al-Juhani yang saat itu tengah sibuk menggembalakan domba-dombanya di gurun pasir dekat kaki bukit. Ia khawatir domba-dombanya itu mati kehausan dan kelaparan.
Namun, setelah ia tahu Rasulullah tiba di Madinah, Uqbah meninggalkan domba-dombanya, dan segera menemui Rasulullah. Saat berhadapan dengan Rasulullah Saw., Uqbah berkata, "Berkenankah Tuan membai'at saya, ya Rasulullah?"
"Siapakah anda?" tanya Rasulullah.
Uqbah menjawab, "Saya Uqbah bin Amir Al-Juhani".
"Bai'at seperti apa yang anda kehendaki. Bai'at 'arabi atau bai'at hijrah?" tanya Rasulullah.
"Saya ingin bai'at hijrah," jawab Uqbah.
Rasululullah membai'at Uqbah seperti bai'at kaum Muhajirin. Setelah itu, ia bermalam di tempat beliau. Esok harinya, Uqbah kembali menggembalakan domba-dombanya.
Uqbah mengajak teman-temannya sesama penggembala untuk bai'ah kepada Rasulullah. Mereka jumlahnya dua belas orang. Mereka tinggal jauh dari keramaian kota Madinah, menggembalakan domba-dombanya di gurun-gurun dan lembah-lembah. Salah seorang dari mereka berkata, "Tidak baik, bila kita tidak mendatangi Rasulullah untuk belajar agama dan mendengarkan wahyu Allah darinya. Setiap hari seorang di antara kita harus pergi ke kota menemui beliau, dan yang tinggal harus bertanggung jawab menggembalakan domba-dombanya."
"Baiklah," jawab Uqbah. "Pergilah kalian satu per satu menemui Rasulullah. Siapa yang mendapat giliran pergi, biarlah aku yang menggembalakan dombanya. Biarlah aku tetap tinggal di sini. Aku bisa menimba ilmu dari kalian. Aku khawatir meninggalkan domba-dombaku kepada siapa pun."
Teman-teman Uqbah pergi satu per satu secara bergantian menemui Rasulullah. Domba yang ditinggalkannya dipecayakan kepada Uqbah untuk digembalakan. Setiap kali mereka pulang, Uqbah selalu menanyakan tentang pelajaran yang baru diterimanya dari Rasulullah.
Lama kelamaan, Uqbah merasa rugi tidak bisa bertemu langsung dengan Rasulullah. 'Aku tak peduli domba-domba ini makan atau tidak. Aku ingin bertemu dengan Rasulullah,' pikirnya dalam hati. Lalu ia tinggalkan domba-domba itu dan berangkat ke Madinah menemui Rasulullah. Di Madinah, Uqbah tinggal di masjid di samping tempat tinggal Rasulullah.
Sejak itu, Uqbah bin Amir Al-Juhani selalu berdampingan dengan Rasulullah Saw. bagaikan bayang-bayang dengan orangnya. Ialah pemegang tali kendali keledai Rasulullah dan menuntunnya kemana pun beliau pergi. Ia selalu berjalan di depan setiap Rasulullah bepergian. Tapi, kadang-kadang Rasulullah memboncenginya di belakang, sehingga Uqbah dijuluki "Radif Rasulullah" (boncengan Rasulullah). Bahkan, pernah Rasulullah Saw. turun dari keledainya dan menyilakan Uqbah mengendarai keledainya.
Suatu ketika, Rasulullah Saw. turun dari keledainya, dan aku disuruh naik menggantikannya. Tak lama kemudian aku turun, dan Rasulullah naik. Beliau bertanya kepadaku, "Hai Uqbah, sukakah engkau aku ajarkan dua buah surat yang tak ada bandingannya?"
"Tentu, ya Rasulullah!" jawabku. Lalu beliau membacakan kepadaku surat "Al-Falaq" dan "An-Naas."
Setelah waktu shalat tiba, beliau membaca kedua surat itu dalam shalat. Beliau berkata kepada Uqbah, "Bacalah kedua surat itu setiap engkau hendak tidur, dan ketika bangun dari tidur." Sejak itu Uqbah selalu membaca kedua surat itu sepanjang hidupnya. (Bersambung
Label:
Kisah Tokoh Islam
Kalender
Waktu
Google Translate
Daftar Isi
Blog Archive
-
▼
2010
(230)
-
▼
Agustus
(27)
- MAN Rejotangan - Upacara 2010
- Jalaluddin Rumi : Berpuisi dengan Jiwanya
- Debat Islam Kristen
- Lilin
- Kiat Menjemput Maut
- KRITERIA KEBAHAGIAAN DUNIA
- IKHLAS DENGAN KETENTUAN-NYA
- Kematian Hati
- IKHLAS DENGAN KETENTUAN-NYA
- Children Learn What They Live
- Tsunami 2004, Bencana Alam atau Bencana Buatan?
- Jangan Ajarkan Anak Berani Mati
- Majzaah bin Tsaur As-Sadusi: Pendobrak Benteng Persia
- Shafiyah binti Abdul Muththalib: Tinggalkan Kemewa...
- Shalahuddin Al Ayyubi (1) Dan Darah pun Tumpah
- Shalahuddin Al Ayyubi (2) Lahirnya Sang Pahlawan
- Shalahuddin Al Ayyubi (3): Menggenggam Kemenangan
- Shalahuddin Al Ayyubi (4) Titik Arus Balik
- Tariq bin Ziyad (2) Pahlawan Lidah Api
- Tariq bin Ziyad (1) Mengukir Karang dengan Namanya
- Ubai bin Ka'ab Prasasti Ukhuwah
- Uqbah bin Amir Al-Juhani(1): Tinggalkan Harta, Dam...
- Ikrimah bin Abu jahl: Habis Gelap Terbitlah Terang
- Ibnu Sina Bapak Kedokteran Dunia
- Ibnu Khaldun : Sejarawan Dunia
- Ibnu Abbas, Profil Ulama Pencinta Ilmu
- Bilal bin Rabah: Suara Emas dari Ethiopia
-
▼
Agustus
(27)