Jadwal Sholat
Kalender Hijriyah
Asma'ul Husna
Profil
- Syaiful Rohman
- Hanyalah seorang Makhluk Allah SWT yang banyak berlumuran dosa, serta memohon akan ampunannya. Semoga semua dosa-dosa yang telah kulakukan semuanya dapat di ampuninya serta digantikan dengan kebajikan-kebajikan.Serta saat ini sedang mendambakan seorang kekasih yang dapat dijadikan sebagai pendamping hidup untuk melaksanakan sunnah Rosul Muhammad SAW...
Kategori
- Aqidah
- Arba'in Nawawi
- Bulan Mulia
- Dongeng
- Fiqih
- Gita Bahana Nada
- Hadits
- Harun Yahya
- Imam Madzhab
- Islami
- Kerajaan Islam Indonesia
- Kisah
- Kisah Abu Nawas
- Kisah Para Nabi
- Kisah Teladan
- Kisah Tokoh Islam
- Kisah Wali Songo
- Motivasi
- Mu'jizat
- Novel
- Oase
- Puasa
- Renungan
- Sejarah
- Sirah Muhammad
- Tafsir
- Tokoh Indonesia
- Umum
Radio Muslim
TV Qur'an
Pasir dan Batu
20.14 |
Diposting oleh
Syaiful Rohman
Pasir dan Batu
Oleh : Irfan Toni Herlambang
Oleh : Irfan Toni Herlambang
Dua orang pengembara sedang melakukan perjalanan. Mereka tengah melintasi padang pasir yang
sangat luas. Sepanjang mata memandang hanya ada pasir membentang. Jejak-jejak kaki mereka
meliuk-liuk di belakang. Membentuk kurva yang berujung di setiap langkah yang mereka tapaki. Debu-
debu pasir yang beterbangan memaksa mereka berjalan merunduk.
Tiba-tiba badai datang. Angin besar menerjang mereka. Hembusannya membuat tubuh dua
pengembara itu limbung. Pasir betebaran di sekeliling mereka. Pakaian mereka mengelepak,
menambah berat langkah mereka yang terbenam di pasir. Mereka saling menjaga dengan tangan
berpegangan erat. Mereka mencoba melawan ganasnya badai.
Badai reda, tapi musibah lain menimpa mereka. Kantong bekal air minum mereka terbuka saat badai
tadi. Isinya tercecer. Entah gundukan pasir mana yang meneguknya. Kedua pengembara itu duduk
tercenung, menyesali kehilangan itu. "Ah.., tamatlah riwayat kita," kata pengembara pertama. Lalu ia
menulis di pasir dengan ujung jarinya. "Kami sedih. Kami kehilangan bekal minuman kami di tempat ini."
Kawannya, si pengembara dua pun tampak bingung. Namun, mencoba tabah. Membereskan
perlengkapannya dan mengajak kawannya melanjutkan perjalanan. Setelah lama menyusuri padang
pasir, mereka melihat ada oase di kejauhan. "Kita selamat," seru salah seorang di antara mereka. "Lihat,
ada air di sana."
Dengan sisa tenaga yang ada, mereka berlari ke oase itu. Untung, bukan fatamorgana. Benar-benar
sebuah kolam. Meski kecil tapi airnya cukup banyak. Keduanya pun segera minum sepuas-puasnya dan
mengisi kantong air. Sambil beristirahat, pengembara pertama mengeluarkan pisau genggamnya dan
memahat di atas sebuah batu. "Kami bahagia. Kami dapat melanjutkan perjalanan karena menemukan
tempat ini.”
Pengembara kedua heran. "Mengapa kini engkau menulis di atas batu, sementara tadi kau menulis di
pasir?" Yang ditanya tersenyum. "Saat kita mendapat kesusahan, tulislah semua itu di pasir. Biarkan
angin keikhlasan membawanya jauh dari ingatan. Biarkan catatan itu hilang bersama menyebarnya pasir
ketulusan. Biarkan semuanya lenyap dan pupus," jawabnya dengan bahasa cukup puitis. "Namun,
ingatlah saat kita mendapat kebahagiaan. Pahatlah kemuliaan itu di batu agar tetap terkenang dan
membuat kita bahagia. Torehlah kenangan kesenangan itu di kerasnya batu agar tak ada yang dapat
menghapusnya. Biarkan catatan kebahagiaan itu tetap ada. Biarkan semuanya tersimpan." Keduanya
bersitatap dalam senyum mengembang. Bekal air minum telah didapat, istirahat pun telah cukup, kini
saatnya untuk melanjutkan perjalanan. Kedua pengembara itu melangkah dengan ringan seringan
angin yang bertiup mengiringi.
Teman, kesedihan dan kebahagiaan selalu hadir Berselang-seling mewarnai panjangnya hidup ini.
Keduanya mengguratkan memori di hamparan pikiran dan hati kita. Namun, adakah kita bersikap seperti
pengembara tadi, yang mampu menuliskan setiap kesedihan di pasir agar angin keikhlasan
membawanya pergi? Adakah kita ini sosok tegar yang mampu melepaskan setiap kesusahan bersama
terbangnya angin ketulusan?
Teman, cobalah untuk selalu mengingat setiap kebaikan dan kebahagiaan yang kita miliki. Simpanlah
semua itu di dalam kekokohan hati kita agar tak ada yang mampu menghapusnya. Torehkan kenangan
bahagia itu agar tak ada angin kesedihan yang mampu melenyapkannya. Insya Allah, dengan begitu kita
akan selalu optimistis dalam mengarungi panjangnya hidup ini.
Label:
Renungan
Kalender
Waktu
Google Translate
Daftar Isi
Blog Archive
-
▼
2010
(230)
-
▼
September
(55)
- W a f a t
- Tahun-tahun Terakhir
- Haji Wadha'
- Ekspedisi Tabuk
- Pembebasan Mekah
- Perang Hunain
- Umrah Pertama
- Melawan Romawi
- Perang Khaibar
- Surat Buat Para Raja
- Perjanjian Hudaibiyah
- Persitiwa Khandaq (6 Hijriah)
- Tragedi Uhud (5 Hijriah)
- Provokasi Yahudi
- Perang Badar
- Masa Awal di Madinah
- Drama Hijrah
- Secercah Sinar di Aqabah
- Perjalanan Malam ke Baitul Maqdis
- Siksa Demi Siksaan
- Menjelang Wahyu Tiba
- Awal Da'wah
- Bersama Khadijah
- Dari Gembala ke Manajer
- Menjelang Kelahiran
- Tanda-tanda kematian.. (Sholat yuk!)
- Klasifikasi Tingkatan Wali Menurut Syaikhul Akbar ...
- Pasir dan Batu
- Harimau dan Serigala
- MAN Rejotangan - Kegiatan 2009
- Motivasi Kehidupan
- Band Dan Orkes
- Kemerdekaan Sejati
- Pekikan Allahu Akbar Meraih Kemenangan
- Mengupas Sejarah Islam Nusantara
- Haji Mabrur - Calon Penghuni Surga...
- Isra Mi raj dan Perintah Shalat
- Unsur-unsur Taubat
- Cerita Tentang Puasa Syawal dan Puasa Ramadhan
- Wali Songo
- Gambaran beratnya siksa neraka dalam Al-Qur'an
- Turunnya Al-Qur'an 2 model: Ibtidaiiyah dan sababiyah
- Kejaiban Dalam Al-Qur'an
- Kumpulan Do'a Islam Pilihan
- Dajjal
- Keutamaan Bulan Ramadhan
- Amalan Sunnah di Bulan Ramadhan
- Keutamaan dan Datangnya Malam Lailatul Qadar
- Kisah pembunuh 99 Orang
- Do'a Orang Teraniaya....
- DIATAS SAJADAH CINTA
- Ayat Ayat Cinta
- Idul Fitri 1431 H
- MAN Rejotangan - Play Pass 2010
- K E M A T I A N
-
▼
September
(55)