Jadwal Sholat
Kalender Hijriyah
Asma'ul Husna
Profil
- Syaiful Rohman
- Hanyalah seorang Makhluk Allah SWT yang banyak berlumuran dosa, serta memohon akan ampunannya. Semoga semua dosa-dosa yang telah kulakukan semuanya dapat di ampuninya serta digantikan dengan kebajikan-kebajikan.Serta saat ini sedang mendambakan seorang kekasih yang dapat dijadikan sebagai pendamping hidup untuk melaksanakan sunnah Rosul Muhammad SAW...
Kategori
- Aqidah
- Arba'in Nawawi
- Bulan Mulia
- Dongeng
- Fiqih
- Gita Bahana Nada
- Hadits
- Harun Yahya
- Imam Madzhab
- Islami
- Kerajaan Islam Indonesia
- Kisah
- Kisah Abu Nawas
- Kisah Para Nabi
- Kisah Teladan
- Kisah Tokoh Islam
- Kisah Wali Songo
- Motivasi
- Mu'jizat
- Novel
- Oase
- Puasa
- Renungan
- Sejarah
- Sirah Muhammad
- Tafsir
- Tokoh Indonesia
- Umum
Radio Muslim
TV Qur'an
Aku Yakin Aku Tak Sendiri
10.53 |
Diposting oleh
Syaiful Rohman
Sungguh. Hingga saat ini aku belum bisa menerjemahkan rasa hatiku sendiri. Sejak pertama kali suamiku mengatakan niatnya untuk melanjutkan studi ke negeri jiran setahun lalu, hingga sore ini, di mana besok suamiku harus berangkat, aku masih merasa asing dengan perasaanku.
Bahagia! Beberapa orang mengatakan aku harus demikian. Karena kesempatan ini adalah karunia yang tidak dapat dinikmati oleh semua orang.
Sedih? Itu yang ada di lubuk kalbuku, saat kulihat putra kami yang belum juga genap dua tahun harus tumbuh berkembang tanpa ayah di sisinya, untuk sementara waktu.
Ah ... biarlah semuanya mengalir seperti air. Biarlah semuanya diatur oleh Dzat Yang Maha Mengetahui kesudahan hamba-Nya. Biarlah!
Memang hanya itu yang selama ini mengakhiri perenunganku, tentang hidup kami setelah suamiku berangkat. "Sabar ya, Sayang. Toh nanti kamu pun akan menyusul. Berdoalah semoga Allah segera mengumpulkan kita kembali dalam keadaan yang lebih berbahagia ... " demikian kata-kata yang selalu diucapkan oleh suamiku, untuk menenangkanku. Aku pun paham, bahwa dia juga terhibur dengan kata-kata itu. Dan, akhirnya, hanya senyum yang menyudahi pembicaraan kami. Senyum penuh harapan, akan tercapainya cita-cita.
***
Allah memang mempunyai cara tersendiri untuk menata kehidupan hamba-Nya. Aku merasa amat bersyukur. Enam bulan lalu, perusahaan tempat suamiku bekerja merumahkan seluruh karyawannya. Saat itu, kami sendiri merasa gundah, terlebih berita di media menyebutkan bahwa ini adalah awal dari PHK. Ah ... padahal sebelumnya kami sama sekali tak pernah membayangkannya. Memang, kadang niatan untuk mencari nafkah di tempat lain muncul, tapi itu hanya suatu wacana, bukan sebuah keseriusan. Dan, tatkala musibah itu datang, kami pun khawatir.
Doa pun mengalir tiada henti, memohon kemurahan rizki-Nya. Memohon ketenangan batin, mengharap situasi segera berubah. Alhamdulillah, dua pekan setelah itu, berita gembira datang. Setelah empat kali mengirimkan pengajuan beasiswa, Allah pun menjawabnya. Seorang professor salah satu perguruan tinggi negeri di Malaysia, mengijinkannya mengerjakan sebuah proyek, sembari mengambil pendidikan master. Subhannallah.. Alhamdulillah, pertolongan Allah memang begitu dekat buat semua hamba-hamba-Nya.
Hal yang dulu sempat menjadi masalah tak terpecahkan dalam setiap percakapan kami, akhirnya berubah menjadi sebuah anugerah yang tak ternilai. Jika dulu, aku sangat menentang keinginannya untuk melanjutkan studi karena kami harus berpisah, malah akhirnya aku menjadi pendukung utamanya. Subhannallah ... Allah memang Maha membolak-balik hati hamba-Nya.
***
Sore ini, kembali aku merenung. Setelah dukungan demi dukungan kukerahkan padanya untuk persiapan keberangkatannya, aku tercenung. Apa yang nanti akan terjadi saat kami berpisah? Bagaimana aku bisa meng-handle semua pekerjaan rumah tangga yang dulu kami kerjakan berdua, bahkan bertiga dengan pengasuh anakku? Kepada siapa aku harus menumpahkan segala uneg-uneg setelah lebih dari delapan jam aku bekerja di kantor? Bagaimana aku harus menjelaskan kepada bocah kami, jika nanti dia merengek menanyakan ayahnya?
Beribu pertanyaan bermunculan di benakku. Namun tak satu pun yang terjawab. Semuanya bak misteri.
Hingga adzan maghrib berkumandang, aku masih belum menemukan jawabannya.
Kuambil air wudhu dan kutunaikan sholat. Aku berencana untuk menumpahkan segala rasaku pada Sang Khalik, usai sholat nanti.
Dan air mataku pun tak bisa kutahan lagi saat kata demi kata terurai, tertuju kepada-Nya. Aku memang masih bisa menahan emosi dan air mataku di depan suamiku. Karena aku tak ingin semangatnya jatuh kembali setelah beribu dukungan kuberikan kepadanya. Aku percaya akan tujuannya, menuntut ilmu untuk berusaha mengubah nasib kami.
Doakan ayah dapat ilmu yang manfaat ya, Ma, begitu kalimat yang selalu diucapkannya jika kami berbincang tentang rencana itu.
Namun, apakah aku mampu menyembunyikan segala kesedihan dan kekhawatiran hati ini kepada-Nya? Kepada Tuhan Yang Maha Mengetahui hal yang nyata dan yang ghaib? Tidak! Tentu tidak. Aku tidak dapat berbohong kepada-Nya.
Sekarang aku mulai memahami, bahwa hatiku memang sedih. Aku memang khawatir ... aku memang takut.
Namun semua kesedihan, kekhawatiran dan ketakutan yang kurasakan harusnya tidak boleh terjadi.
Aku harus pasrah.. harus tawakal. Karena rencana itu tidak akan terjadi kecuali atas kehandak-Nya. Bukankah sebelumnya aku selalu berdoa meminta keputusan yang terbaik? Jika kemudian Allah menganugerahkan hal ini padanya, tentunya ini juga terjadi atas kehendak-Nya.
Aku harus tegar. Aku harus ikhlas.
Aku harus tetap menjalankan kehidupanku dengan sebaik-baiknya. Aku masih harus terus mendidik buah hati kami, walau tanpa ayah disampingnya. Apa pun yang terjadi, air mataku tak boleh menetes di depan putraku.
Aku yakin aku tidak sendiri. Ada Allah.. Dzat Yang Maha Pemurah ... Dzat yang tak pernah kering kasih sayang-Nya ... Dzat Yang Maha Welas Asih ...Dzat Yang Maha Perkasa.
Kepada-Nya lah aku harus mengadukan setiap hal yang kuhadapi. Saat masalah datang. Saat kelelahan mendera jiwa dan raga. Saat beragam pernik kehidupan harus kulintasi.
Aku teringat petikan nasyid yang dikumandangkan Raihan:
Selangkah ku kepada-Mu.
Seribu langkah kau padaku ...
Selama kita berusaha mendekat kepada-Nya, insya Allah Dia juga akan mendekat pada kita, seribu kali.
Doa. Hanya melalui doa-doa panjanglah aku akan mengharap rahmat-Nya. Agar cita-cita mulia yang kami impikan, bisa menajdi sebuah kenyataan.
antariksa@eramuslim.com
Untuk suamiku: berdoalah agar keikhlasan selalu bertambah di hati kita.
sumber : eramuslim
Bahagia! Beberapa orang mengatakan aku harus demikian. Karena kesempatan ini adalah karunia yang tidak dapat dinikmati oleh semua orang.
Sedih? Itu yang ada di lubuk kalbuku, saat kulihat putra kami yang belum juga genap dua tahun harus tumbuh berkembang tanpa ayah di sisinya, untuk sementara waktu.
Ah ... biarlah semuanya mengalir seperti air. Biarlah semuanya diatur oleh Dzat Yang Maha Mengetahui kesudahan hamba-Nya. Biarlah!
Memang hanya itu yang selama ini mengakhiri perenunganku, tentang hidup kami setelah suamiku berangkat. "Sabar ya, Sayang. Toh nanti kamu pun akan menyusul. Berdoalah semoga Allah segera mengumpulkan kita kembali dalam keadaan yang lebih berbahagia ... " demikian kata-kata yang selalu diucapkan oleh suamiku, untuk menenangkanku. Aku pun paham, bahwa dia juga terhibur dengan kata-kata itu. Dan, akhirnya, hanya senyum yang menyudahi pembicaraan kami. Senyum penuh harapan, akan tercapainya cita-cita.
***
Allah memang mempunyai cara tersendiri untuk menata kehidupan hamba-Nya. Aku merasa amat bersyukur. Enam bulan lalu, perusahaan tempat suamiku bekerja merumahkan seluruh karyawannya. Saat itu, kami sendiri merasa gundah, terlebih berita di media menyebutkan bahwa ini adalah awal dari PHK. Ah ... padahal sebelumnya kami sama sekali tak pernah membayangkannya. Memang, kadang niatan untuk mencari nafkah di tempat lain muncul, tapi itu hanya suatu wacana, bukan sebuah keseriusan. Dan, tatkala musibah itu datang, kami pun khawatir.
Doa pun mengalir tiada henti, memohon kemurahan rizki-Nya. Memohon ketenangan batin, mengharap situasi segera berubah. Alhamdulillah, dua pekan setelah itu, berita gembira datang. Setelah empat kali mengirimkan pengajuan beasiswa, Allah pun menjawabnya. Seorang professor salah satu perguruan tinggi negeri di Malaysia, mengijinkannya mengerjakan sebuah proyek, sembari mengambil pendidikan master. Subhannallah.. Alhamdulillah, pertolongan Allah memang begitu dekat buat semua hamba-hamba-Nya.
Hal yang dulu sempat menjadi masalah tak terpecahkan dalam setiap percakapan kami, akhirnya berubah menjadi sebuah anugerah yang tak ternilai. Jika dulu, aku sangat menentang keinginannya untuk melanjutkan studi karena kami harus berpisah, malah akhirnya aku menjadi pendukung utamanya. Subhannallah ... Allah memang Maha membolak-balik hati hamba-Nya.
***
Sore ini, kembali aku merenung. Setelah dukungan demi dukungan kukerahkan padanya untuk persiapan keberangkatannya, aku tercenung. Apa yang nanti akan terjadi saat kami berpisah? Bagaimana aku bisa meng-handle semua pekerjaan rumah tangga yang dulu kami kerjakan berdua, bahkan bertiga dengan pengasuh anakku? Kepada siapa aku harus menumpahkan segala uneg-uneg setelah lebih dari delapan jam aku bekerja di kantor? Bagaimana aku harus menjelaskan kepada bocah kami, jika nanti dia merengek menanyakan ayahnya?
Beribu pertanyaan bermunculan di benakku. Namun tak satu pun yang terjawab. Semuanya bak misteri.
Hingga adzan maghrib berkumandang, aku masih belum menemukan jawabannya.
Kuambil air wudhu dan kutunaikan sholat. Aku berencana untuk menumpahkan segala rasaku pada Sang Khalik, usai sholat nanti.
Dan air mataku pun tak bisa kutahan lagi saat kata demi kata terurai, tertuju kepada-Nya. Aku memang masih bisa menahan emosi dan air mataku di depan suamiku. Karena aku tak ingin semangatnya jatuh kembali setelah beribu dukungan kuberikan kepadanya. Aku percaya akan tujuannya, menuntut ilmu untuk berusaha mengubah nasib kami.
Doakan ayah dapat ilmu yang manfaat ya, Ma, begitu kalimat yang selalu diucapkannya jika kami berbincang tentang rencana itu.
Namun, apakah aku mampu menyembunyikan segala kesedihan dan kekhawatiran hati ini kepada-Nya? Kepada Tuhan Yang Maha Mengetahui hal yang nyata dan yang ghaib? Tidak! Tentu tidak. Aku tidak dapat berbohong kepada-Nya.
Sekarang aku mulai memahami, bahwa hatiku memang sedih. Aku memang khawatir ... aku memang takut.
Namun semua kesedihan, kekhawatiran dan ketakutan yang kurasakan harusnya tidak boleh terjadi.
Aku harus pasrah.. harus tawakal. Karena rencana itu tidak akan terjadi kecuali atas kehandak-Nya. Bukankah sebelumnya aku selalu berdoa meminta keputusan yang terbaik? Jika kemudian Allah menganugerahkan hal ini padanya, tentunya ini juga terjadi atas kehendak-Nya.
Aku harus tegar. Aku harus ikhlas.
Aku harus tetap menjalankan kehidupanku dengan sebaik-baiknya. Aku masih harus terus mendidik buah hati kami, walau tanpa ayah disampingnya. Apa pun yang terjadi, air mataku tak boleh menetes di depan putraku.
Aku yakin aku tidak sendiri. Ada Allah.. Dzat Yang Maha Pemurah ... Dzat yang tak pernah kering kasih sayang-Nya ... Dzat Yang Maha Welas Asih ...Dzat Yang Maha Perkasa.
Kepada-Nya lah aku harus mengadukan setiap hal yang kuhadapi. Saat masalah datang. Saat kelelahan mendera jiwa dan raga. Saat beragam pernik kehidupan harus kulintasi.
Aku teringat petikan nasyid yang dikumandangkan Raihan:
Selangkah ku kepada-Mu.
Seribu langkah kau padaku ...
Selama kita berusaha mendekat kepada-Nya, insya Allah Dia juga akan mendekat pada kita, seribu kali.
Doa. Hanya melalui doa-doa panjanglah aku akan mengharap rahmat-Nya. Agar cita-cita mulia yang kami impikan, bisa menajdi sebuah kenyataan.
antariksa@eramuslim.com
Untuk suamiku: berdoalah agar keikhlasan selalu bertambah di hati kita.
sumber : eramuslim
Label:
Oase
Kalender
Waktu
Google Translate
Daftar Isi
Blog Archive
-
▼
2010
(230)
-
▼
Oktober
(55)
- Sejarah Singkat Imam Malik
- Sejarah Singkat Imam Hanafi
- Cintamu Abadi, Wahai Khubaib!
- Suatu Petang di Andulisy
- Cinta Sejati Seorang Ibu Terhadap Anak-anaknya
- Balasan Meninggalkan Sholat
- Batu-batu yang Aneh
- Balasan Kejujuran dan Amanah
- Balasan Orang Yang Takut Kepada Rabb-nya
- Awan Mengikuti Orang yang Bertaubat
- Asal-usul Hajar Aswad
- Asal-usul Maqam Nabi Ibrahim AS
- Anjing-anjing Neraka
- Antara Sabar dan Mengeluh
- Andaikata ...
- Anak Yang Membangkang Perintah Ayahnya
- Al-Qamah Dibakar Rasul
- Allah mengabulkan do’a orang yang bertaubat
- Al-Balkhi dan Si Burung Pincang
- Aku Tidak Akan Kembali
- Akhirnya Dia Mati Seperti Keledai
- Ahli Surga
- Abu Hanifah dan Tetangganya
- Adakah diantara kalian yang bernama Ainul Mardhiyah?
- 6 Persimpangan
- 10 Wasiat Allah kepada Nabi Musa as
- Buat yang Sedang Bersedih
- Belajar dari Pengalaman
- Berbuatlah...
- Apa Arti Kekayaan?
- Al-Quran Bersampul Hijau
- Aku Yakin Aku Tak Sendiri
- Aduh Sayang Sekali, Kenapa Yah?
- Adil Saja Tidak Cukup
- Ada Apa Dengan Cinta
- 7 Ciri 'Sok Tahu'
- Z a k a t
- P u a s a
- Dzikir dan Do'a
- Shalat Sunnah
- Sujud Tilawah dan Sujud Syukur
- Shalat Jenazah
- Shalat Jama' dan Qashar
- Shalat Dalam Keadaan Darurat
- Sholat Berjama'ah
- Sholat Jum'at
- S h a l a t
- Sujud Sahwi
- Adzan dan Iqomah
- Tayammum
- Mandi Janabah
- Wudhu
- Hadats
- Istinja'
- Thaharoh
-
▼
Oktober
(55)