Jadwal Sholat
Kalender Hijriyah
Asma'ul Husna
Profil
- Syaiful Rohman
- Hanyalah seorang Makhluk Allah SWT yang banyak berlumuran dosa, serta memohon akan ampunannya. Semoga semua dosa-dosa yang telah kulakukan semuanya dapat di ampuninya serta digantikan dengan kebajikan-kebajikan.Serta saat ini sedang mendambakan seorang kekasih yang dapat dijadikan sebagai pendamping hidup untuk melaksanakan sunnah Rosul Muhammad SAW...
Kategori
- Aqidah
- Arba'in Nawawi
- Bulan Mulia
- Dongeng
- Fiqih
- Gita Bahana Nada
- Hadits
- Harun Yahya
- Imam Madzhab
- Islami
- Kerajaan Islam Indonesia
- Kisah
- Kisah Abu Nawas
- Kisah Para Nabi
- Kisah Teladan
- Kisah Tokoh Islam
- Kisah Wali Songo
- Motivasi
- Mu'jizat
- Novel
- Oase
- Puasa
- Renungan
- Sejarah
- Sirah Muhammad
- Tafsir
- Tokoh Indonesia
- Umum
Radio Muslim
TV Qur'an
Umar dan sang Ikan
05.57 |
Diposting oleh
Syaiful Rohman
Suatu hari, Umar dan Ayahnya bangun di waktu fajar. Mereka pergi memancing. Umar suka sekali menyaksikan matahari terbit ketika memancing bersama Ayahnya. Di pagi hari, langit tampak fantastis, dan sinar matahari mengisi hatinya dengan kegairahan yang sama setiap kali ia menyaksikannya …
Ketika Ayahnya mengganti umpan pada kail, Umar duduk di sisi perahu kecilnya, memandangi laut. Tiba-tiba, ia mendengar suara di belakangnya:
“Selamat pagi, teman kecil!” katanya dengan suara berbuih-buih.
“Hei, selamat pagi juga, ikan kecil,” kata Umar. “Tampaknya kamu juga bangun pagi, dan berenang. Aku selalu membayangkan, aku baru saja belajar berenang. Tapi, kalian, ikan, dapat berenang segera setelah lahir. Kok bisa?”
“Sebenarnya,” kata ikan, “kami, ikan, tidak perlu bergerak terlalu banyak agar bisa berenang; cukup hanya mengibaskan ekor kami dari sisi ke sisi. Kami hidup dengan nyaman di dalam air karena tulang belakang kami yang fleksibel dan beragam sistem di dalam tubuh kami.”
“Pasti kamu berenang dengan asyik di dalam air,” Umar menggoda.
“Betul sekali,” teman barunya setuju. “Tapi ingat, tubuh kami telah diciptakan secara khusus agar kami bisa melakukan itu. Coba pikirkan, menurutmu, lebih mudah berjalan di air atau di tanah kering? Kami, ikan, telah diciptakan dengan otot-otot dan tulang punggung istimewa agar mampu hidup dan berenang di dalam air. Tulang punggung kami menjaga kami tetap lurus dan juga menghubungkan sirip serta otot-otot kami. Kalau tidak begitu, tak mungkin bagi kami untuk tinggal di air. Kamu lihat, teman kecil, seperti makhluk hidup lainnya, Allah telah menciptakan kami, ikan, tanpa kesalahan sedikitpun. Ia juga telah memberikan kami kemungkinan ciri-ciri terbaik untuk lingkungan tempat kami tinggal.”
“Kamu tidak berhenti berenang ke kanan dan ke kiri. Kadang-kadang kamu berenang ke kedalaman air. Bagaimana kamu melakukannya?” tanya Umar.
“Berkat sistem tubuh yang diberikan Allah pada kami, para ikan, kami bisa melakukan itu,” balas temannya. “Seekor ikan memiliki kantung udara dalam tubuhnya. Dengan mengisi kantung-kantung ini dengan udara, kami dapat berenang ke kedalaman, atau mengarah lurus ke permukaan dengan mengosongkannya. Tentu saja, kami tidak akan pernah memiliki kemampuan sendiri untuk mengembangkan ciri-ciri ini, kecuali Allah menghendakinya.”
Ketika ayah Umar meneruskan pekerjaannya di buritan perahu, Umar melanjutkan percakapannya dengan sang ikan:
“Aku memikirkan tempat-tempat yang sangat ramai. Setiap orang harus bergerak ke kanan dan ke kiri pada waktu yang sama, dan dalam kegelapan, tak mungkin setiap orang bergerak tanpa membentur orang lain. Bagaimana kalian, ikan, mengatasi masalah tersebut?”
Ikan kecil itu mulai menjelaskan: “Untuk mencegah benturan dengan yang lain di sekelilingmu, kamu harus melihat apa yang ada di sana, sementara kami, ikan, tidak membutuhkan sistem penglihatan seperti itu. Kami memiliki organ penciuman sempurna yang disebut “garis lateral.” Kami dapat merasakan perubahan terkecil dalam tekanan yang mungkin terjadi atau riak di air, atau gangguan terkecil dalam arusnya, begitu hal itu terjadi karena sensor istimewa pada garis lateral kami. Dengan merasakan getaran-getaran, kami mengetahui kapan musuh atau halangan itu ada, tanpa benar-benar melihatnya dengan mata-mata kami. Detektor-detektor ini utamanya peka terhadap getaran-getaran berfrekuensi rendah di dekatnya. Misalnya, kami dapat merasakan langkah kaki di pantai, atau apapun yang dilemparkan ke dalam air seketika, dan bertindak sesuai dengan itu.”
Umar mengangguk penuh semangat. “Sekarang, aku paham. Aku bisa menyanyi atau menyalakan radio di atas air. Itu tidak membuatmu tidak nyaman. Namun, getaran paling lemah yang kubuat di atas air, misalnya jika aku menggetarkan dermaga, atau melempar batu di dalam air, kamu semua akan menghilang!”
Teman barunya melanjutkan. “Umar, sistem kami ini, yang disebut para ilmuwan sebagai garis lateral ikan, sesungguhnya merupakan struktur yang sangat rumit. Tidak mungkin sistem semacam itu berkembang karena kebetulan, atau tiba-tiba, atau selangkah demi selangkah sepanjang waktu. Semua unsur dalam sistem-sistem ini mestinya muncul pada waktu yang sama. Kalau tidak, sistem itu tidak akan bekerja.”
Umar memperhatikan ikan itu lebih teliti, mengamati bahwa ikan itu tidak punya kelopak mata. Dengan terkejut, ia bertanya:
“Kamu tidak punya kelopak mata. Bagaimana kamu melindungi matamu?”
“Kamu benar,” jawab temannya. “Kami, ikan, tidak punya kelopak mata seperti orang lain. Kami memandang dunia melalui selaput lembut yang menutupi mata kami. Kamu bisa membandingkan selaput ini dengan kacamata penyelam. Karena kami perlu melihat objek yang sangat dekat dengan kami, mata kami telah diciptakan untuk keperluan ini. Ketika kami perlu melihat ke kejauhan, seluruh sistem lensa bergerak ke belakang berkat mekanisme otot khusus di dalam mata. Bahkan mata kecil kami punya struktur yang rumit. Tidak diragukan lagi, inilah bukti-bukti keutamaan penciptaan Allah lainnya.”
Umar teringat dengan sebuah dokumenter TV yang disaksikannya sehari sebelumnya. Ia melihat kawanan ikan berbeda warna dan bentuk. Ia berpikir bahwa warna ikan yang cantik, dan ciri-ciri unik ikan-ikan tersebut merupakan bukti-bukti yang sangat baik mengenai keutamaan penciptaan Allah. Teman ikan kecilnya yang pandai melanjutkan keterangannya tentang dirinya sendiri.
“Tahukah kamu, teman kecil, kalau tubuh-tubuh sebagian besar ikan tertutup oleh kulit yang sangat kuat?”
Omar berpikir beberapa saat. “Ya, kamu punya kulit bersisik, sudah kulihat itu. Tapi kulit itu tidak terlihat tebal.”
“Kulit ini tersusun dari lapisan atas dan bawah,” ikan itu menjelaskan. “Di dalam lapisan kulit atas, terdapat kelenjar-kelenjar yang menghasilkan unsur yang disebut lendir. Lendir ini mengurangi gesekan ketika kami bergerak di dalam air. Lendir ini juga memungkinkan kami bergerak lebih cepat. Selain itu, kelicinannya membuat musuh sukar menangkap kami. Ciri-ciri lendir lainnya adalah kemampuannya melindungi kami dari penyakit.”
Umar setuju. “Ya, aku pernah mencoba memegang ikan dalam ember Ayah dengan tangan, namun mereka seketika meloloskan diri dari tanganku!”
Ikan tersenyum: “Keistimewaan kulit kami tidak berhenti sampai di sini. Di kulit atas kami, ada lapisan khusus terbuat dari keratin. Keratin adalah bahan yang keras, liat, terbuat dari sel-sel tua yang mati di lapisan bawah kulit yang tidak berhubungan lagi dengan sumber-sumber makanan dan oksigen.”
“Lapisan terbuat dari keratin ini mencegah air memasuki tubuh, dan bermanfaat untuk menyeimbangkan tekanan dalam dan luar. Jika lapisan ini tidak ada, air akan masuk ke dalam tubuh kami, keseimbangan tekanan akan hancur, dan kami akan segera mati.”
Umar lagi-lagi terkesan, “Betapa pentingnya keunikan ciri-ciri kulit yang dimiliki seekor ikan. Sesuatu yang tidak pernah terpikirkan!”
“Kamu benar,” ikan itu setuju. “Umar, seperti dapat kamu lihat, Allah-lah, Pencipta segala sesuatu, yang memberikan ikan semua keistimewaan mereka. Allah menyadari kebutuhan-kebutuhan semua makhluk hidup.”
Umar mendengar suara Ayahnya dari buritan perahu.
“Ayo Umar, waktunya pulang!”
Umar berhenti sejenak untuk mengucapkan selamat berpisah pada teman kecilnya.
“Terima kasih atas keterangan yang sudah kauberikan. Setiap kali kulihat seekor ikan, akan kuingat keutamaan penciptaan Allah sekali lagi, dan bersyukur pada Tuhan atas segala rahmat yang diberikanNya pada kita.”
Sumber : www.harunyahya.com/indo
Label:
Harun Yahya
Kalender
Waktu
Google Translate
Daftar Isi
Blog Archive
-
▼
2011
(303)
-
▼
April
(147)
- Teman Kecil Ali
- Kelas Kita
- Kakek Usman dan Cucu Laki-lakinya
- Karim & Kakek Hassan
- Kamal & Sang Kuda Laut
- Sayid & Sang Cumi-cumi
- Maqsud & Sang Anak Kucing
- Anwar & Sang Burung Kecil
- Rasyad dan Taufik
- Umar dan sang Ikan
- Mansur & Beruang Kutub Raksasa
- Aisyah dan Landak
- Kasif & Beruang Madu
- Ali dan Burung Unta
- Faruk & Bebek
- Zaki dan Laba-Laba
- Antar dan Kanguru
- Farhan dan Sang Kuda
- Tariq dan Sang Anjing
- Amir dan Bunglon
- Sejarah Pembentukan Mushaf Alquran
- Al-qur'an sebagai Pembela di hari Akhirat
- Hubungan Hadis dan Al-Quran
- Terbanglah dengan tenang
- Peradaban Barat Dalam Kacamata Islam
- Hadits Ke-42 Doa Selain Syirik akan diampuni
- Hadits Ke-41 Menundukkan Hawa Nafsu
- Hadits Ke-40 Hidup Bagaikan Seorang Pengembara
- Hadits Ke-39 Tidak Sengaja atau Lupa Dimaafkan
- Hadits Ke-38 Keutamaan Melaksanakan Sunnah
- Hadits Ke-37 Pahala Kebaikan Dilipatkan Allah
- Hadits Ke-36 Sesama Muslim Wajib Saling Bantu
- Hadits Ke-35 Haramnya sifat Dengki
- Hadits Ke-34 Kewajiban Memberantas Kemungkaran
- Hadits Ke-33 Penuduh Wajib Membawa Bykti Tertuduh ...
- Hadits Ke-32 Dilarang Berbuat Kerusakan atau Bahaya
- Hadits Ke-31 Anjuran Zuhud
- Hadits Ke-30 Laksanakan Perintah Jauhi Larangan
- Hadits Ke-29 Sholat Lail Menghapus Dosa
- Hadits Ke-28 Sunnah Rasulullah dan Khulafaurrasyidin
- Hadits Ke-27 Menjauhi Perbuatan yang Meresahkan
- Hadits Ke-26 Segala Berbuat Baik Adalah Sedekah
- Hadits Ke-25 Bersedekah tidak Harus Dengan Harta
- Hadits Ke-24 Haramnya Berbuat Dzalim
- Hadits Ke-23 Suci Itu Sebagian dari Iman
- Hadits Ke-22 Melaksanakan Syari'at Islam Dengan Benar
- Hadits ke-21, Istiqomah
- Hadits Ke-20, Anjuran Malu
- Hadits Ke-19, Minta Tolong dan Berlindung Kepada A...
- Hadits Ke-18, Kebaikan
- Hadits Ke-17, Berbuat Baik dalam Segala Urusan
- Hadits Ke-16, Jangan Mudah Marah
- Hadits Ke-15, Berkata Baik atau Lebih Baik Diam
- Hadits Ke-14, Larangan Berzina, Membunuh dan Murtad
- Hadits Ke-13 Mencintai Milik Orang Lain Seperti Mi...
- Hadits Ke-12, Meninggalkan Yang Tidak Bermanfaat
- Hadits Ke-11, Tinggalkan Keragu-raguan
- Hadits Ke-10, Makan dari Rizki Yang Halal
- Hadits Ke-9, Melaksanakan Perintah Sesuai dengan K...
- Hadits Ke-8
- Hadits Ke-7, Agama adalah Nasihat
- Hadits Ke-6, Antara yang Halal dan yang Haram Tela...
- Hadits Ke-5, Semua Perbuatan Bid'ah Bertolak
- Hadits Ke-4, Takdir Manusia Telah di Tetapkan
- Hadits Ke-3 Rukun Islam
- Hadits Ke-2 Iman, Islam dan Ihsan
- Hadits Ke-1 - Amal Itu Tergantung Niatnya
- Unta Yang Mematahkan Rencana Abu Jahal
- Unta Menjadi Hakim
- Ummu Kultsum, Wanita yang membawa 2 Unta
- Tidak Jadi Mencuri Terung, Allah Karuniakan Seoran...
- Taubat Sang Pembunuh
- Seorang Lelaki Melawan Iblis
- Qorun dan Nabi Musa AS
- Nabi Sulaiman AS dan Seekor Semut 2
- Nabi Sulaiman AS dan Seekor Semut 1
- Nabi Sulaiman AS dan Ratu Bilqis
- Pemuda Beribu-bapakan Hewan Babi
- Menahan Lapar Karena Menghormati Tamu
- Memuliakan Tamu
- Memberi 1 Dirham, Mendapat 120.000 Dirham Dari Allah
- Mampu Taklukkan Harimau Dengan Kesabaran
- Kisah Wali Allah Yang Shalat Di Atas Air
- Kisah Tiga Pengembara
- Kisah Si Pemalas & Abu Hanifah
- Kisah Pemuda Yang Bernama Uzair
- Kisah Lima Perkara Aneh
- Khadijah Tul Kubrah Binti Khuwaylid
- Kejujuran Saudagar Permata
- Juru Dakwah Yang Tidak Gentar
- Jibril AS, Kerbau, Kelelawar, dan Cacing
- Hikmah Tinggalkan Bohong
- Hebatnya Tipu Daya Syetan
- Gunung Yang Menangis
- Fatimah Az-Zahra dan Gilingan Gandum
- Dulu Haram, Kini Halal
- Dipotong Tangan Karena Memberi Sedekah
- Derajat Bagi Yang Memuliakan Lansia
- Cinta Sejati Seorang Ibu Terhadap Anaknya
- Berkat Membaca Bismillah
-
▼
April
(147)